Jalan Abdul Rahman Saleh Nomor 26,Jakarta Pusat 10410
Telpon:021-34830033
Faksimili:021-3847975
Jam Buka:Selasa-Jum'at :08.30-15.00 WIB
Sabtu-Minggu :08.30-14.00 WIB
Senin dan Hari Libur Nasional:Tutup
Harga Tiket:Perorangan:Dewasa Rp.2000
Anak-anak:Rp.1000
Rombongan:Dewasa Rp.1000
Anak-anak:Rp.500
Wisman/Turis:Rp.10.000
Denah Lokasi
Awalnya supir saya belum tahu alamat itu.Setelah mencarinya di peta,akhirnya ketemu.Akhirnya,pada hari Minggu tanggal 10 April 2011,saya bersama kakak saya berangkat ke museum itu.Setiap lampu merah,supir saya melihat buku peta agar tidak salah jalan.Sebelum akhirnya sampai,saya melewati Korps Marinir.Di buku peta museum itu dekat RSPAD Gatot Subroto.Setelah melewati RSPAD,sampailah kami di museum itu.Museum ini dulunya adalah gedung STOVIA (School Tot Opleiding Van Indlandsche Artseen).Inilah petanya,yang fungsi ruangnya berubah-rubah dari tahun ketahun.
Tahun 1902 secara resmi gedung STOVIA difungsikan sebagai Sekolah Kedokteran sekaligus asrama tempat beraktifitas para pelajar seperti : olah raga, karawitan, Seni Tari dan Seni Musik. Berikut ini kronologis penggunaan ruangan di STOVIA dari masa ke masa :
A. TAHUN 1902 - 1925
a. Ruang Poliklinik (1 - 2 - AB)
b. Kelas STOVIA (3,4,5,6)
c. Asrama pelajar STOVIA (7.A.B.C.8,9,10)
d. Ruang Praktek Anatomi (11)
e. Klas STOVIA (12,13,14,15)
f. Ruang Dosen (16,17,18)
g. Laboratorium (19)
h. Ruang Rekreasi (20)
i. Dapur umum (21)
j. Ruang olah Raga (22)
B. TAHUN 1946 – 1973
Seluruh bangunan digunakan sebagai tempat tinggal orang Ambon anggota Batalyon V KNIL, kecuali ruang Laboratorium yang dimanfaatkan sebagai Ruang Kapel ( gereja kecil ).
C. TAHUN 1974 - 1993
Pada periode ini ada 4 buah museum yaitu Museum Budi Utomo, Museum wanita, Museum Pers dan Museum Kesehatan. Yang kemudian digabungkan menjadi sebuah Museum pada tanggal 7 februari 1984 dengan nama " Museum Kebangkitan Nasional ".
a. Ruang Edukasi ( Koleksi dan Bimbingan ) (1)
b. Gudang Koran (2 A.B)
c. Ruang Pamer Temporer (3,4,5,6)
d. Museum Pergerakan Wanita (7A)
e. Yapeta (Yayasan Pembela Tanah Air) (7B)
f. Perintis Kemerdekaan (7C)
g. Perpustakaan Idayu R. 8,9
h. Museum Kesehatan R. 10
i. Ruang Memorial Budi Utomo R. 11
j. Museum Budi Utomo R. 12
k. Museum Pers dan Museum Budi Utomo R. 13
l. Museum Pers R. 14,15
m. Ruang Keuangan R. 16
n. Ruang Kepala Museum R. 17
o. Ruang Tata Usaha R. 18
p. LPDI (Lembaga Perpustakaan Dokumentasi Indonesia) R. 19
q. Aula ( Auditorium ) R. 20
r. Masyarakat Sejarawan Indonesia R. 21
s. Perputakaan Idayu R. 22
t. Rumah Tinggal R. 23
D. TAHUN 1994 - SEKARANG
Pada periode ini seluruh perkantoran swasta yang ada di gedung museum dipindahkan seluruhnya, untuk pengembangan Ruang Pamer Museum Kebangkitan Nasional.
a. Ruang Pengenalan R. 1
b. Ruang sebelum Pergerakan Nasional R. 2A,B
c. R. Peragaan Kelas Stovia R. 3,4,5
d. R. Pembelaan HF. Roll R. 6
e. R. Kesadaran Nasional R. 7A,B,C
f. R. Pergerakan Nasional R. 8,9
g. R. Pamer Temporer R. 10
h. R. Studie Fonds R. 10
i. R. Memorial Budi Utomo R. 11
j. R. Alat-alat kedokteran R. 12,13,14,15
k. R. Urusan Dalam R. 16
l. R. Transit R. 17
m. R. Koleksi dan Bimbingan Edukasi R. 18
n. R. Audio Visual R. 19
o. Auditorium R. 20
p. R. Tata Usaha R.21
q. Perpustakaan R. 22
E. RUANG PAMER KOLEKSI
a. Ruang Pengenalan ( penataan kembali )
Berisi tentang penggambaran masuknya kedatangan bangsa barat di Indonesia, sampai munculnya perlawanan lokal atau yang masih bersifat kedaerahan.
b. Ruang Awal Pergerakan Nasional
Menggambarkan bangkitnya pergerakan nasional di Indonesia. Pada Ruang ini antara lain :
a) Peragaan Kelas STOVIA
b) Pembelaan HF. Roll
c) Patung Pelajar STOVIA dari berbagai daerah di Indonesia
c. Ruang Kesadaran Nasional
Pada ruangan ini menggambarkan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara lewat perjuangan R.A. Kartini, Wahidin, Dewi Sartika dan sebagainya. Koleksi yang terdapat di ruangan ini antara lain :
Meja Kursi makan pelajar STOVIA
Meja Kursi makan pelajar STOVIA
d. Ruang Pergerakan Nasional
Ruang ini menggambarkan tentang perjalanan awal dari jalannya pergerakan Nasional di Indonesia, yang dimulai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo, Indische Partij, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Pada ruang ini koleksi antara lain :
a) Diorama pertemuan Wahidin, Sutomo dan Suradji
b) Diorama berdirinya Budi Utomo
c) Foto-foto Organisasi Awal Kebangkitan
d) Vandel-vandel
e) Foto-foto organisasi Pemuda
e. Ruang Ptopaganda Studie Fonds
Menggambarkan suasana pada saat pertemuan antara Wahidin dengan para pelajar STOVIA, untuk membicarakan tentang keadaan masyarakat yang pada umumnya sangat tertinggal dalam bidang pendidikan, sehingga muncullah ide pembentukan Studie Fonds .
Koleksi pada ruang ini antara lain :
Koleksi pada ruang ini antara lain :
a) Lukisan perjalanan Dr. Wahidin
b) Patung Dr. Wahidin
c) Patung pelajar STOVIA
f. Ruang Memorial Budi Utomo
Pada ruang ini yang sebelumnya disebut sebagai ruang praktek anatomi, menjadi tempat paling bersejarah diantara ruang yang lain, karena di ruang ini Soetomo dengan kawan-kawannya mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Koleksi pada ruang ini antara lain :
a) Lukisan Wahidin Sudirohusodo
b) Kerangka Manusia yang digunakan praktek pelajar STOVIA
c) Kursi Kuliah STOVIA
d) Patung dada pendiri Budi Utomo
e) Foto kegiatan pelajar STOVIA
f) Lukisan situasi perkumpulan Budi Utomo
g. Ruang Alat-alat Kedokteran
Menggambarkan tentang alat-alat kedokteran yang pernah digunakan oleh pelajar STOVIA.
School tot Opleiding van Indische Artsen (bahasa Indonesia: Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), atau yang juga dikenal dengan singkatannya STOVIA, adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di BataviaHindia-Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada zaman kolonial
Museum Kebangkitan Nasional berada di Jalan Abdul Rahman Saleh No. 26, tidak jauh dari Pasar Senen, Jakarta Pusat. Bangunannya mulai dibuat pada tahun 1899, selesai pada tahun 1901, dan diresmikan sebagai gedung STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten) pada bulan Maret 1902. STOVIA adalah sebuah sekolah kedokteran yang diperuntukkan bagi pelajar pribumi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun STOVIA kemudian dipindahkan ke Jl. Salemba No. 6 pada tahun 1920, dan lima tahun kemudian gedung bekas STOVIA ini digunakan untuk MULO (setara dengan SMP), AMS (setara dengan SMA), dan Sekolah Asisten Apoteker.
Selama masa pendudukan Jepang, gedung bekas STOVIA ini dipergunakan oleh tentara Jepang sebagai tempat tahanan bagi tentara Belanda yang tertangkap.
Ruang Pengenalan
Berisi tentang penggambaran masuknya kedatangan bangsa barat di Indonesia, sampai munculnya perlawanan lokal atau yang masih bersifat kedaerahan.
Ruang pengenalan berfungsi menjadi miniatur gedung dan koleksi,sehingga menjadi penuntun bagi pengunjung dalam mengetahui dan memahami secara utuh koleksi dan fungsi ruangan yang ada di Museum Kebangkitan Nasional. Patung R. Soetomo bisa diketemukan di dekat pintu masuk arah ke sebelah kiri Museum Kebangkitan Nasional,yang terletak dalam suatu ruangan,yang tak lain adalah Ruang Pengenalan. Soetomo lahir di desa Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888, dan lulus dari STOVIA pada 11 April 1911. Soetomo adalah salah satu pendiri dan ketua pertama perkumpulan Boedi Oetomo, yang adalah organisasi pemuda modern pertama yang lahir di Indonesia, yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Tanggal itu kemudian ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Miniatur kapal milik Eropa.Setelah itu,kami masuk ke Ruang sebelum Pergerakan Nasional,yang berada di disamping ruang Pengenalan.
Ruang sebelum Pergerakan Nasional
Sebelum kita masuk ke ruangan,kita disambut oleh lukisan yang ditengah-tengahnya ada tulisan.
Tulisan itu berisi tentang informasi yang dipamerkan pada ruangan ini.Setelah itu,kami pun memasuki ruangan.
Didalam ruangan berisi koleksi uang kuno,lukisan yang sama seperti diatas tetapi tengahnya berbeda,miniatur kapal Portugis,Informasi tentang penjajahan yang terjadi pada masanya,dan benda lainnya yang terkait perjuangan melawan penjajah.
Koleksi uang logam pada zaman penjajahan Belanda.
Lukisan yang menggambarkan pada saat penjajahan VOC.
Jalan Anyer-Panarukan (Jalan Daendels).Jalan ini dibuat untuk mempertahankan Indonesia dari serangan Inggris.Panjang jalan itu kira-kira 1.100 kilometer.Daendels adalah nama Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia pada masa itu.Daendels memerintahkan secara paksa rakyat Indonesia untuk membuat jalan itu.Mereka tak diberi makan.Akhirnya,banyak dari mereka yang sakit keras,bahkan meninggal.Tak hanya orang Indonesia yang benci terhadap Daendels,Prancis pun juga tidak menyukai cara Daendels.Akhirnya,Daendels digantikan oleh Janssens.
Sebuah miniatur kapal Portugis koleksi Museum Kebangkitan Nasional. Kapal-kapal Portugis masuk ke dalam kepulauan Indonesia melalui Selat Malaka. Mereka mengendalikan pasar rempah-rempah di wilayah ini pada tahun 1511, dan menancapkan kaki di Ternate (Maluku) pada tahun 1512, meskipun mendapatkan perlawanan sengit dari pusat-pusat kekuasaan di Aceh, Melayu, Jawa, Makassar, dan Maluku.
Koleksi Museum Kebangkitan Nasional berupa rempah, sumber kekayaan yang sangat berharga yang lalu menjadi kutukan bagi penduduk di sekitarnya. Sama seperti yang menimpa pada hampir semua sumber kekayaan di banyak tempat lain di dunia.
Lukisan perjuangan rakyat Nusantara dalam melawan penjajah,yang akhirnya menghasilkan sebuah negara bernama Indonesia.Lukisan ini digantung dibelakang miniatur Kapal Portugis.
Salaman antara Pangeran Kornel dan Bupati Kusumah Dinata tentang pembuatan Jalan Anyer-Panarukan.Kebencian sang Bupati kepada pihak Prancis menjadikannya bersalaman menggunakan tangan kiri.Tangan kanannya memegang sebuah keris.Ia berniat untuk menghunuskan kerisnya,tetapi niat itu diurungkannya.
Setelah itu,kami keluar dari ruangan itu,lalu ke sebuah ruangan yang terletak disamping kirinya lagi.Nama ruangan itu sama,Ruang sebelum Pergerakan.Didalam ruangan itu dipamerkan Lukisan,senjata yang digunakan Belanda,dan senjata tradisional yang digunakan rakyat.
Politik Etis menimbulkan penderitaan fisik dan psikis karena penduduk Jawa dipindahkan ke Sumatera untuk dipekerjakan di perkebunan dengan gaji rendah.Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja dibalas dengan siksaan yang terkadang berujung pada kematian.
Lukisan yang menggambarkan keadaan politik pada zaman Belanda.Para rakyat,sudah ada yang berani untuk berdemo menentang politik Belanda.
Dua replika meriam yang ditaruh disebelah kanan kiri,yang ditengahnya ada koleksi senjata Belanda.
Koleksi pistol Belanda yang dikelilingi dua replika meriam disebelah kanan kiri.
Senjata tradisional asli yang digunakan para pejuang dari berbagai daerah,misalnya yang menggunakan Rencong (senjata tradisional Aceh) yang menggunakan adalah pejuang dari Aceh.
Senapan yang digunakan Belanda.
Bambu Runcing dan Anak panah yang digunakan rakyat untuk melawan penjajah.Konon,diujung anak panah dan bambu runcing tersebut dulunya ada racunnya,sehingga orang yang terkena panah ini akan mati.
Miniatur sebuah kapal tradisional Bugis Pinisi dari Sulawesi Selatan yang sangat terkenal, koleksi Museum Kebangkitan Nasional.
Lambang Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Kumpulan surat-surat dari R.Soetomo.
Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia menimbulkan ketidakpuasan yang berujung pada perlawanan.Pola perlawanan yang masih bersifat kedaerahan dan belum adanya persatuan menjadi penyebab utama kegagalan perlawanan ini.
Patung-patung perempuan pejuang dari berbagai Daerah.
Setelah melihat semuanya,kami masuk ke Ruang peraga Kelas STOVIA yang termasuk Ruang Awal Pergerakan Nasional.
Ruang Awal Pergerakan Nasional
Menggambarkan bangkitnya pergerakan nasional di Indonesia. Pada Ruang ini antara lain :
a) Peragaan Kelas STOVIA
b) Pembelaan HF. Roll
c) Patung Pelajar STOVIA dari berbagai daerah di Indonesia
Peragaan Kelas STOVIA
Kegiatan proses belajar mengajar pada masa STOVIA divisualisasikan secara utuh untuk menggambarkan suasana yang ada pada masa itu.Penggunaan Bahasa Belanda sebagai bahasa Pengantar dalam kegiatan belajar mempermudah pelajar dalam maemahami literatur.Proses pendidikan juga sangat menekankan nilai-nilai disiplin,sehingga lahir dokter-dokter yang memiliki dedikasi yang tinggi pada profesi.Gambar diatas adalah Diorama Kegiatan Belajar di STOVIA yang dimulai jam 07.00-12.00,dengan pendidik berasal dari Belanda.Peragaan Kelas STOVIA
Peragaan Kelas Kartini
Diorama Kelas Kartini yang menggambarkan Perjuangan Kartini dalam memberikan pendidikan kepada Perempuan.
Foto asli Kelas Kartini.
Ruang Peragaan Dosen STOVIA
Diorama pembelaan HF.Rool Direktur STOVIA yang dengan gigih membela Soetomo dan pengurus Boedi Oetomo lainnya agar tidak dikeluarkan dari Sekolah.
Ruang Awal Kesadaran Nasional
Patung Raden Ajeng Kartini,salahsatu pejuang Emansipasi Wanita yang berasal dari Rembang.Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara,Jawa Tengah,pada 21 April 1879.Ayahnya adalah Bupati Jepara yang termasuk kalangan Bangsawan Jawa.Pada 17 September 1904,Raden Ajeng Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun di Rembang,Jawa Tengah ketika melahirkan putra pertamanya.
Patung Wahidin Sudirohusodo,seorang lulusan STOVIA.Dokter Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati-Sleman tanggal 7 Januari 1852.Setelah lulus dari Europeesche Lagere School (ELS,setingkat SD),melanjutkan ke Sekolah Dokter Djawa.Tamat sekolah Wahidin Sudirohusodo mempraktekkan ilmunya tanpa memungut biaya.Beliau berpikir untuk membebaskan diri dari penindasan dan penjajahan rakyat harus mendapatkan pendidikan.Beliau adalah sebagai perintis berdirinya Boedi Oetomo,wafat pada 26 Mei 1917 dan dimakamkan di kampung kelahirannya,Mlati,Sleman.
Patung R.Soetomo,pendiri Boedi Oetomo.Soetomo lahir di Ngepeh,Jawa Timur tanggal 30 Juli 1888.Di STOVIA beliau sudah mulai memikirkan cara membebaskan rakyat dari penderitaan akibat penjajahan.Tahun 1911 Soetomo bertugas sebagai dokter yang terus berpindah-pindah.Semula di Semarang,Tuban,Lubuk Pakam,dan Malang.Tahun 1919 Soetomo mendapatkan kesempatan untuk memperdalam ilmu kedokterannya di Belanda.
Patung RM Tirto Adhi Soerjo,tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880–1918) adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S.Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia(1908).Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918.Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006.
Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 1966. oleh Pemerintah.
Patung Maria Josephine Catherine Maramis (1872 – 1924) koleksi Museum Kebangkitan Nasional, yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, telah diangkat sebagai pahlawan nasional untuk menghormati jasa-jasanya yang sangat besar dalam mendidik wanita Indonesia. Ia lahir di Kema, sebuah kota kecil di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Dalam kegiatannya, Maria Walanda Maramis selalu menanamkan jiwa kebangsaan dan menganjurkan murid-muridnya untuk memakai pakaian nasional.
Patung Ki Hajar Dewantara (2 Mei 1889 – 28 April 1959) di Museum Kebangkitan Nasional, yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Nama Ki Hajar Dewantara mulai dipergunakannya saat ia tepat berusia empat puluh tahun sesuai penanggalan Jawa. Dengan menanggalkan nama dan gelar kebangsawanan, ia merasa bebas untuk dekat dengan semua orang, baik raga maupun jiwa. Tanggal lahirnya , 2 Mei, telah dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk menghormati sumbangannya yang besar terhadap kemajuan pendidikan bangsa.
Patung Dewi Sartika (Cicalengka,Jawa Barat,4 Desember 1884-1947)
Setelah melihat semuanya,kamipun pulang
Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 1966. oleh Pemerintah.
Patung Maria Josephine Catherine Maramis (1872 – 1924) koleksi Museum Kebangkitan Nasional, yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, telah diangkat sebagai pahlawan nasional untuk menghormati jasa-jasanya yang sangat besar dalam mendidik wanita Indonesia. Ia lahir di Kema, sebuah kota kecil di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Dalam kegiatannya, Maria Walanda Maramis selalu menanamkan jiwa kebangsaan dan menganjurkan murid-muridnya untuk memakai pakaian nasional.
Patung Ki Hajar Dewantara (2 Mei 1889 – 28 April 1959) di Museum Kebangkitan Nasional, yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Nama Ki Hajar Dewantara mulai dipergunakannya saat ia tepat berusia empat puluh tahun sesuai penanggalan Jawa. Dengan menanggalkan nama dan gelar kebangsawanan, ia merasa bebas untuk dekat dengan semua orang, baik raga maupun jiwa. Tanggal lahirnya , 2 Mei, telah dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk menghormati sumbangannya yang besar terhadap kemajuan pendidikan bangsa.
Patung Dewi Sartika (Cicalengka,Jawa Barat,4 Desember 1884-1947)
Setelah melihat semuanya,kamipun pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar